pengembangan-koleksi-perpustakaan-berbasis-masyarakat

Perpustakaan merupakan lembaga yang menghimpun dan menyediakan informasi melalui koleksi yang disediakannya. Koleksi ini harus diorganisasikan dengan standar yang telah ditetapkan sehingga ketika pemustaka mencari informasi tersebut dapat secara cepat ditemukan kembali ( information retrival system).

Pengorganisasian bahan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam rangkaian kegiatan perpustakaan. Kenapa demikian? karena kegiatan ini memungkinkan koleksi perpustakaan dapat tertata secara sistematis, efektif dan efisien. Pada kegiatan pengorganisasian ini terdapat kegiatan pengendalian dan pemanfaatan dilakukan sebagai tindakan kebijakan organisasi. Kemudian adanya faktor-faktor yang sifatnya mendukung, menentukan, melengkapi atau mempengaruhi yang sifatnya positif. Terdapat pula sumber daya yang berupa SDM, sarana prasarana, material dan waktu yang diberdayakan dan dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan organisasi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini pun berdampak pada semakin banyak pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi. Berbagai saluran dan media seakan berlomba menyediakan dan menyajikan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Beragamnya sumber informasi yang ada mendorong masyarakat untuk lebih selektif dalam memenuhi kebutuhan informasinya, dan perlu diingat bahwa banyaknya informasi yang tersedia tanpa layanan yang baik akan menjadi sia-sia.

Koleksi yang baik hanya berasal dari pemilihan bahan informasi yang baik pula. Karena itu pengembangan koleksi merupakan proses sistematik yang dilakukan perpustakaan yang mencakup penyusunan kebijakan seleksi, penilaian terhadap kebutuhan pemustaka, dan analisis kebijakan pengembangan koleksi. Kebijakan pengembangan koleksi ini berkaitan dengan manajemennya itu sendiri yaitu menggunakan perencanaan yang matang untuk mendukung dan mencapai tujuan bersama yang digambarkan dalam visi dan misi perpustakaan.

Pengembangan koleksi (collection development) adalah suatu istilah yang digunakan secara luas di perpustakaan untuk menyatakan jenis bahan pustaka yang harus disediakan sebagai koleksi perpustakaan.Pengembangan koleksi merupakan serangkaian proses atau kegiatan yang bertujuan mempertemukan pemustaka dengan sumber-sumber informasi di perpustakaan dengan berbagai kegiatannya yang meliputi kebijakan pengembangan koleksi, pemilihan koleksi, pengadaan koleksi, pemeliharaan koleksi, promosi dan pendayagunaan koleksi oleh masyarakat luas.

Pengembangan koleksi ini ditujukan  agar penyediaan bahan informasi ini sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga pengembangan koleksi ini sifatnya dinamis mengikuti perkembangan keilmuan masyarakat itu sendiri. Maka lembaga perpustakaan harus mengambil langkah-langkah penting untuk menyediakan bahan informasi. Apalagi prediksi ke depan, dengan melihat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dimana teknologi komputer memegang peran penting dalam berbagai sektor kehidupan, maka perpustakaan, selain mengembangkan koleksi tercetak juga harus mengembangkan koleksi digital yang semakin diminati oleh sebagian besar masyarakat, karena kepraktisannya. Koleksi digital sekarang sudah dalam genggaman, artinya ketika setiap orang memiliki smartphone, maka koleksi perpustakaan dapat dibaca dimanapun dan tidak terbatas oleh waktu. Beda dengan pemustaka yang harus datang langsung ke perpustakaan, dimana durasi waktu kunjungan ke perpustakaan memiliki waktu yang terbatas.

Dalam pengembangan dan pembinaan koleksi, perpustakaan dapat menganut beberapa faham. pertama, faham idealisme. Yaitu pembinaan dan pengembangan koleksi yang menekankan atas dasar pemenuhan standar kualitas yang tinggi dalam isi, ekspresi dan format, dengan tanpa atau kurang memperhatikan kebutuhan, minat dan kesukaan atau rasa pengguna perpustakaan. Kedua, faham realisme. Yaitu pembinaan dan pengembangan koleksi perpustakaan yang bersandar pada realitas tuntutan yang terdapat di masyarakat yang dilayani, sedangkan unsur kualitas hanya dipandang sebagai faktor yang sekunder. Ketiga, faham kompromis, dimana faham ini memadukan antara dua faham sebelumnya.

Lebih jauh WijiSuwarno (2010) mengatakan bahwa dalam masyarakat informasi, globalisasi ekonomi dan teknologi membawa perpustakaan tidak hanya bersangkut pada dunia pendidikan saja, tetapi perpustakaan berkolaborasi dengan sistem sosial. Peran-peran perpustakaan dalam dunia sosia lkemudian berada dalam ketegangan antara keteraturan sistem sosial. Kemudian timbul pertanyaan tatkala sistem sosial berjalan dengan komunikasi sosial, adakah fungsi perpustakaan dalam masyarakat informasi?

Agar perpustakaan eksis pada dunia sosial yang semakin riuh dengan layanan informasi dan komunikasi, Suwarno memberikan solusi dengan beberapa agenda yang perlu dilakukan perpustakaan.

  1. Pertama, membuka dan melekatkan kembali perpustakaan dengan dinamika masyarakatnya.
  2. Kedua, perpustakaan mesti mengambil bagian secara aktif dalam kerja-kerja jaringan informasi.

Dengan demikian, perpustakaan perlu berbenah diri dengan melakukan perbaikan-perbaikan dari dalam. Artinya fasilitas-fasilitas yang disediakan perpustakaan untuk mendukung layanan informasi bagimasyarakat yang membutuhkan harus fleksibel dan dapat di akses dengan mudah. Perpustakaan juga perlu mensosialisasikan program-program yang langsung menyentuh kegiatan di masyarakat sehingga masyarakat punya rasa memiliki dan memelihara terhadap keberadaan lembaga informasi. Selain itu, untuk memberikan layanan informasi yang lebih luas, perpustakaan harus membuat jaringan dengan berbagai jenis perpustakaan, karena satu perpustakaan tidak akan mampu melayani kebutuhan informasi semua lapisan masyarakat, dan dengan adanya jaringan informasi perpustakaan, masyarakat memiliki akses informasi yang lebih luas.

Aspek tidak langsung dalam proses pengembangan koleksi adalah masyarakat. Masyarakat memiliki berbagai aspek dalam kaitannya dengan pengembangan koleksi ini, diantaranya strata sosial, tingkat pendidikan, agama yang dianutnya, dan lingkungannya. Maka pihak pengelola perpustakaan termasuk pustakawan di dalamnya, harus mengetahui minat dan kebutuhan masyarakat terhadap informasi, termasuk mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait di dalamnya. Sehingga pengembangan bahan informasi perpustakaan dapat berdaya guna dan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh oleh masyarakat. Inilah inti dari  pengembangan bahan informasi perpustakaan yang berbasis kebutuhan masyarakat.

*Pustakawan pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Serang